This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 10 September 2014

Kebiasaan Membaca di Jepang: 10 Menit Setiap Hari di Sekolah

Bisa dibilang, Jepang merupakan macan Asia, di mana segala kemajuan, mulai dari kemajuan perekonomian hingga teknologi, berjalan sangat pesat. Pada dasarnya, kemajuan yang dicapai Jepang pada saat ini merupakan buah dari kerja keras pemerintah Jepang untuk membangun budaya literasi yang dimulai sejak dari bangku sekolah dasar.
Menurut Yoshiko Shimbun, sebuah harian nasional Jepang terbitan Tokyo, kebiasaan membaca di Jepang diawali dari sekolah. Para guru mewajibkan siswa-siswanya untuk membaca selama 10 menit sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kebijakan ini telah berlangsung selama 30 tahun. Para ahli pendidikan Jepang mengakui bahwa pola kebiasaan yang diterapkan ini terlalu bersifat behavioristik, di mana terdapat reward (penghargaan) dan punishment (hukuman) dalam pelaksanaan aturan tersebut. Namun, pembiasaan yang dilakukan dari tingkat sekolah dasar dinilai cukup efektif, karena dilakukan pada anak-anak sejak usia dini.
Awalnya, seperti yang disebutkan harian tersebut, pelaksanaan regulasi tersebut memang sulit dilakukan, mengingat para murid memiliki latar belakang keluarga dan lingkungan yang berbeda. Namun, karena pola pendidikan di Jepang didesain sedemikian sehingga berkesinambungan dengan pola pendidikan di rumah, sehingga dalam pelaksanaannya, orangtua juga proaktif mengembangkan kebiasaan baca di sekolah.
Jam masuk sekolah di Jepang dimulai pada pukul 07.00 waktu setempat. Tetapi gerbang sekolah mulai ditutup 15 menit sebelum pelajaran formal dimulai. Pada jam inilah biasanya peraturan tersebut dilaksanakan. Dengan demikian, pada lima belas menit pertama anak-anak sekolah dasar diwajibakan membaca buku apapun yang dipilihnya dari perpustakaan sekolah. Tidak hanya itu, pola pendidikan di Jepang juga dibuat untuk mendorong siswa agar aktif membaca, seperti mempresentasikan karya sastra klasik, membuat kelompok story telling berdasarkan buku yang telah dibacanya untuk kegiatan amal yang berlangsung pada akhir tahun pelajaran.
Saat ini peraturan ini memang tak seketat ketika pertama kali diterapkan. Banyak sekolah yang tidak menyebutkan peraturan tersebut secara tertulis. Namun demikian, budaya baca yang telah tertanam pada pelajar di Jepang rupanya membuat siswa-siswa ini secara sadar dan mandiri membuka ruang-ruang diskusi ilmiah informal di luar jam pelajaran mereka, dengan salah satu agendanya adalah membahas banyak buku-buku yang tengah terbit ataupun fenomenal. [Lina Marlina, Jepang/Sumber: Yoshiko Shimbun, Jumat 29 Mei 2009]

Apa dan Bagaimana ISBN & ISSN

ISBN adalah singkatan dari International Standard Book Number atau Sistem Nomor Buku Standar Internasional. ISBN diperuntukkan bagi buku-buku yang dapat diterapkan pada setiap bahan yang dikeluarkan oleh suatu penerbit atau yang dikumpulkan oleh perpustakaan. 
Tujuannya adalah untuk mengkoordinasikan dan menstandardisasikan pemakaian nomor-nomor buku secara internasional. Sehingga suatu ISBN menunjukkan satu judul atau satu edisi dari satu penerbit tertentu.
Setiap ISBN terdiri atas sepuluh angka / bilangan, yang terbagi dalam empat kelompok, misalnya : ISBN 0 553 13030 7

0 = pengenal kelompok
553 = prefiks / pengenal penerbit
13030 = nomor judul
7 = angka pengecek

Kelompok pengenal : kelompok angka yang membedakan kelompok-kelompok penerbit secara nasional, geografis, bahasa atau batas-batas partinen lainnya.
Prefiks / pengenal penerbit : kelompok angka yang menyatakan penerbit suatu buku tertentu.
Pengenal judul : angka yang membedakan judul tertentu oleh penerbit tertentu dari judul-judul lainnya, yang biasanya ditentukan oleh penerbit sendiri.
Angka pengecek : angka tunggal yang merupakan pengecek terhadap betul tidaknya suatu ISBN.

ISBN adalah nomor pengenal khusus yang dapat dipakai secara internasional bagi pelayanan bibliografis dengan tape magnetis dan juga dalam pertukaran data.

Sedangkan ISSN adalah singkatan dari International Standard Serial Number atau Standar Internasional Nomor Majalah ( mis: ISSN 0126-1460 ). ISSN (International Standard of Serial Number) merupakan nomor pengenal yang diberikan kepada terbitan berkala. Termasuk dalam terbitan berkala adalah majalah, surat kabar, newsletter (warta), buku tahunan, laporan tahunan, maupun prosiding.

Deretan 8 angka tersebut merupakan nomor pengenal dari majalah tersebut,. Manfaat dari nomor ISSN ini adalah memudahkan pelaksanaan administrasi seperti pemesanan sebuah majalah akan cukup dengan menyebutkan nomor ISSN-nya. Nomor ISSN ini akan menghilangkan keragu-raguan karena ternyata banyak majalah yang sama atau hampir sama judul / namanya.

Jadi, setiap majalah mempunyai ISSN-nya sendiri, yang tidak akan dipakai oleh majalah lain. Bila majalah berganti judul, maka majalah itu juga akan memperoleh nomor ISSN baru. Ini diberikan kepada semua jenis majalah, termasuk penerbitan berseri.

ISSN diberikan oleh ISDS (International Serial Data System) yang berkedudukan di Paris, Perancis. ISDS mendelegasikan pemberian ISSN baik secara regional maupun nasional. Pusat regional untuk Asia berkedudukan di Thai National Library, Bangkok-Thailand. Untuk Indonesia, yang ditugaskan memantau terbitan berkala yang dipublikasikan dan memberikan ISSN adalah PDII-LIPI Jakarta.

BEBERAPA HAL TERKAIT PENGURUSAN ISBN:
  1. Formulir pendaftaran ISBN dapat diperoleh di Perpustakaan Nasional.
  2. Biaya registrasi Rp. 5.000
  3. Formulir yang telah diisi diserahkan kembali bersama dengan copy cover, halaman copyright dan beberapa contoh halaman dalam buku.
  4. Minimal pengurusan 5 judul buku
  5. Ada dua jenis nomor kode ISBN. Kode biasa harganya Rp. 25.000, sedangkan yang memiliki barcode Rp. 60.000

BEBERAPA HAL TERKAIT PENGURUSAN ISSN:
Terbitan bekala yang akan mendapatkan ISSN harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
  1. Membuat surat permohonan
  2. Mengirim (dua) eksemplar terbitan terakhir apabila sudah diterbitkan dan (tiga) lembar fotokopi halaman muka (sampul depan) majalah yang akan terbit lengkap dengan penulisan volume, nomor, dan tahun terbit dalam angka Arab
  3. Satu lembar fotokopi daftar isi yang akan terbit
  4. Satu lembar fotokopi daftar dewan redaksi
  5. Mengisi formulir bibliografi majalah dan formulir evaluasi yang disediakan PDII, kemudian dikirim kembali melalui email
  6. Membayar biaya administrasi sebesar Rp. 200.000,- (Dua ratus ribu rupiah) ke rekening PDII-LIPI ; No Account: 070-0000089198 ; Bank Mandiri Cabang Graha Citra Caraka ; Kantor Telkom Pusat ; Jl. Jend. Gatot Subroto, Jakarta.

(Dari berbagai Sumber)

Struktur Organisasi



STRUKTUR ORGANISASI
PERPUSTAKAAN SMP NEGERI 3 BATANG
Jl. Ki. Mangunsarkoro No. 6 Telp. (0285) 391422



 Penanggung Jawab
H. Sunardi, S. Pd, M. Pd


Kepala Perpustakaan
Mohamad Yakop, SE, M. Kom

Sub Unit Layanan Teknis
Hj. Endah Wahyudiyati, S. Pd

S. Muktiningsih, S. Pd
 
Sub Unit Teknologi Informasi
Kuspriyadi, S, Pd

Sub Unit Layanan Pembaca
Suyaenah, S. Pd
Ika Sukmawati Lukito, S. ST. Ars

Sejarah Berdirinya Perpustakaan SPEGA

Perpustakaan SMP Negeri 3 Batang berdiri sejak tahun 1984, yaitu 7 (tujuh) tahun setelah sekolah ini berdiri.  Berdiri diatas tanah 13m x 17m dengan luas bangunan 7m x 13m.  Keberadaannya benar-benar sangat diharapkan.  Dengan usaha sungguh-sungguh akhirnya harapan itu dapat diwujudkan.  Perpustakaan pun berdiri dengan kondisi yang sangat sederhana dari sarana maupun prasarana masih terbatas terutama koleksi pustakanya.

Kepala Sekolah sangat menaruh perhatian terhadap perpustakaan saat itu, beliau berusaha melengkapi sarana, prasarana dan koleksi pustaka.  Akhirnya peprustakaan ini dapat berkembang dengan baik berkat dukungan dari Kepala Sekolah hingga saat ini sarana dan prasarananya sudah cukup lengkap dan koleksi pustakanya sudah begitu banyak.  Namun, belum bisa memberikan pelayanan yang maksimal karena luas bangunan dengan jumlah siswa belum sebanding.  Meskipun demikian tetap terus berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik buat pembaca, karena tujuan utama setiap perpustakaan sekolah adalah mengusahakan agar koleksi yang dimiliki dimanfaatkan secara maksimal oleh para siswa dan guru.  

Sedangkan tugas pokok perpustakaan untuk memberikan pelayanan dan informasi.
Di dalam usaha pelayanan masyarakat perpustakaan sekolah perlu menanamkan pengertian dan memberikan bimbingan serta motivasi agar timbul minat membaca dan memanfaatkan kekayaan pustaka.  Minat membaca tidak akan timbul tanpa bimbingan dan pembinaan.

Kebiasaan Membaca di Jepang: 10 Menit Setiap Hari di Sekolah

Bisa dibilang, Jepang merupakan macan Asia, di mana segala kemajuan, mulai dari kemajuan perekonomian hingga teknologi, berjalan sangat pesat. Pada dasarnya, kemajuan yang dicapai Jepang pada saat ini merupakan buah dari kerja keras pemerintah Jepang untuk membangun budaya literasi yang dimulai sejak dari bangku sekolah dasar.
Menurut Yoshiko Shimbun, sebuah harian nasional Jepang terbitan Tokyo, kebiasaan membaca di Jepang diawali dari sekolah. Para guru mewajibkan siswa-siswanya untuk membaca selama 10 menit sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kebijakan ini telah berlangsung selama 30 tahun. Para ahli pendidikan Jepang mengakui bahwa pola kebiasaan yang diterapkan ini terlalu bersifat behavioristik, di mana terdapat reward (penghargaan) dan punishment (hukuman) dalam pelaksanaan aturan tersebut. Namun, pembiasaan yang dilakukan dari tingkat sekolah dasar dinilai cukup efektif, karena dilakukan pada anak-anak sejak usia dini.
Awalnya, seperti yang disebutkan harian tersebut, pelaksanaan regulasi tersebut memang sulit dilakukan, mengingat para murid memiliki latar belakang keluarga dan lingkungan yang berbeda. Namun, karena pola pendidikan di Jepang didesain sedemikian sehingga berkesinambungan dengan pola pendidikan di rumah, sehingga dalam pelaksanaannya, orangtua juga proaktif mengembangkan kebiasaan baca di sekolah.
Jam masuk sekolah di Jepang dimulai pada pukul 07.00 waktu setempat. Tetapi gerbang sekolah mulai ditutup 15 menit sebelum pelajaran formal dimulai. Pada jam inilah biasanya peraturan tersebut dilaksanakan. Dengan demikian, pada lima belas menit pertama anak-anak sekolah dasar diwajibakan membaca buku apapun yang dipilihnya dari perpustakaan sekolah. Tidak hanya itu, pola pendidikan di Jepang juga dibuat untuk mendorong siswa agar aktif membaca, seperti mempresentasikan karya sastra klasik, membuat kelompok story telling berdasarkan buku yang telah dibacanya untuk kegiatan amal yang berlangsung pada akhir tahun pelajaran.
Saat ini peraturan ini memang tak seketat ketika pertama kali diterapkan. Banyak sekolah yang tidak menyebutkan peraturan tersebut secara tertulis. Namun demikian, budaya baca yang telah tertanam pada pelajar di Jepang rupanya membuat siswa-siswa ini secara sadar dan mandiri membuka ruang-ruang diskusi ilmiah informal di luar jam pelajaran mereka, dengan salah satu agendanya adalah membahas banyak buku-buku yang tengah terbit ataupun fenomenal. [Lina Marlina, Jepang/Sumber: Yoshiko Shimbun, Jumat 29 Mei 2009]

Selasa, 17 September 2013

Apa dan Bagaimana ISBN & ISSN

ISBN adalah singkatan dari International Standard Book Number atau Sistem Nomor Buku Standar Internasional. ISBN diperuntukkan bagi buku-buku yang dapat diterapkan pada setiap bahan yang dikeluarkan oleh suatu penerbit atau yang dikumpulkan oleh perpustakaan. 
Tujuannya adalah untuk mengkoordinasikan dan menstandardisasikan pemakaian nomor-nomor buku secara internasional. Sehingga suatu ISBN menunjukkan satu judul atau satu edisi dari satu penerbit tertentu.
Setiap ISBN terdiri atas sepuluh angka / bilangan, yang terbagi dalam empat kelompok, misalnya : ISBN 0 553 13030 7

0 = pengenal kelompok
553 = prefiks / pengenal penerbit
13030 = nomor judul
7 = angka pengecek

Kelompok pengenal : kelompok angka yang membedakan kelompok-kelompok penerbit secara nasional, geografis, bahasa atau batas-batas partinen lainnya.
Prefiks / pengenal penerbit : kelompok angka yang menyatakan penerbit suatu buku tertentu.
Pengenal judul : angka yang membedakan judul tertentu oleh penerbit tertentu dari judul-judul lainnya, yang biasanya ditentukan oleh penerbit sendiri.
Angka pengecek : angka tunggal yang merupakan pengecek terhadap betul tidaknya suatu ISBN.

ISBN adalah nomor pengenal khusus yang dapat dipakai secara internasional bagi pelayanan bibliografis dengan tape magnetis dan juga dalam pertukaran data.

Sedangkan ISSN adalah singkatan dari International Standard Serial Number atau Standar Internasional Nomor Majalah ( mis: ISSN 0126-1460 ). ISSN (International Standard of Serial Number) merupakan nomor pengenal yang diberikan kepada terbitan berkala. Termasuk dalam terbitan berkala adalah majalah, surat kabar, newsletter (warta), buku tahunan, laporan tahunan, maupun prosiding.

Deretan 8 angka tersebut merupakan nomor pengenal dari majalah tersebut,. Manfaat dari nomor ISSN ini adalah memudahkan pelaksanaan administrasi seperti pemesanan sebuah majalah akan cukup dengan menyebutkan nomor ISSN-nya. Nomor ISSN ini akan menghilangkan keragu-raguan karena ternyata banyak majalah yang sama atau hampir sama judul / namanya.

Jadi, setiap majalah mempunyai ISSN-nya sendiri, yang tidak akan dipakai oleh majalah lain. Bila majalah berganti judul, maka majalah itu juga akan memperoleh nomor ISSN baru. Ini diberikan kepada semua jenis majalah, termasuk penerbitan berseri.

ISSN diberikan oleh ISDS (International Serial Data System) yang berkedudukan di Paris, Perancis. ISDS mendelegasikan pemberian ISSN baik secara regional maupun nasional. Pusat regional untuk Asia berkedudukan di Thai National Library, Bangkok-Thailand. Untuk Indonesia, yang ditugaskan memantau terbitan berkala yang dipublikasikan dan memberikan ISSN adalah PDII-LIPI Jakarta.

BEBERAPA HAL TERKAIT PENGURUSAN ISBN:
  1. Formulir pendaftaran ISBN dapat diperoleh di Perpustakaan Nasional.
  2. Biaya registrasi Rp. 5.000
  3. Formulir yang telah diisi diserahkan kembali bersama dengan copy cover, halaman copyright dan beberapa contoh halaman dalam buku.
  4. Minimal pengurusan 5 judul buku
  5. Ada dua jenis nomor kode ISBN. Kode biasa harganya Rp. 25.000, sedangkan yang memiliki barcode Rp. 60.000

BEBERAPA HAL TERKAIT PENGURUSAN ISSN:
Terbitan bekala yang akan mendapatkan ISSN harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
  1. Membuat surat permohonan
  2. Mengirim (dua) eksemplar terbitan terakhir apabila sudah diterbitkan dan (tiga) lembar fotokopi halaman muka (sampul depan) majalah yang akan terbit lengkap dengan penulisan volume, nomor, dan tahun terbit dalam angka Arab
  3. Satu lembar fotokopi daftar isi yang akan terbit
  4. Satu lembar fotokopi daftar dewan redaksi
  5. Mengisi formulir bibliografi majalah dan formulir evaluasi yang disediakan PDII, kemudian dikirim kembali melalui email
  6. Membayar biaya administrasi sebesar Rp. 200.000,- (Dua ratus ribu rupiah) ke rekening PDII-LIPI ; No Account: 070-0000089198 ; Bank Mandiri Cabang Graha Citra Caraka ; Kantor Telkom Pusat ; Jl. Jend. Gatot Subroto, Jakarta.

(Dari berbagai Sumber)

Tata Tertib Perpustakaan

TATA TERTIB PERPUSTAKAAN
SMP NEGERI 3 BATANG

I.    PENGUNJUNG
  1. Wajib menjaga ketertiban dan ketenangan
  2. Dapat membaca buku/media cetak dan mengembalikan di tempat semula
  3. Tidak diperbolehkan membawa buku/media cetak keluar dari ruang perpustakaan
  4. Tidak dibenarkan membawa tas kedalam ruang perpustakaan
  5. Tidak diperkenankan merusak/mencorat-coret buku atau fasilitas yang ada

II.    PEMINJAM
  1. Menunjukkan kartu anggota
  2. Buku yang dipinjam maksimal 2 buku dan tidak boleh dipinjamkan kepada orang lain
  3. Jangka waktu peminjaman 3 hari dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali peminjam
  4. Keterlambatan pengembalian buku pinjaman dikenakan denda
  5. Merusak atau menghilangkan buku pinjaman diwajibkan mengganti
  6. Anggota yang melanggar tata tertib dikeluarkan dari keanggotaan dan kartunya ditarik kembali
  7. Kartu keanggotaan perpustakaan berlaku selama menjadi siswa SMP Negeri 3 Batang


Batang,  14  Juli  2014


Mengetahui
Kepala Sekolah                                                    Kepala Perpustakaan   


H. Sunardi, S. Pd                                                Mohamad Yakop, SE, M. Kom
NIP. 19600405 198403 1 016                                   NIP. 19750715 200701 1 015